Kependudukan,
Masalah, dan Alternatif Penanggulangan
Makalah
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar
Oleh :
Pitry
Prasetya Mulya
28414454
1IC03
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmat dan hidayah-Nya,
penulis diberi kemudahan untuk mengerjakan tugas softskill Ilmu Sosial Dasar
dengan judul ”Pengaruh Penduduk dan Kebudayaan
terhadap Pengaruh Sosial” Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
softskill pada tingkat 1.
Penulis
menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu saran dan
kritik sangat diharapkan guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
karya tulis ini, yaitu :
1. Allah S.W.T yang telah melindungi dan menemani
penulis setiap saat.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan perhatian
dan motivasi serta doa setiap saat.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikianlah makalah ini, harapan penulis sangat
sederhana, yaitu semoga para pembaca makalah ini akan mendapatkan banyak
informasi dan pengetahuan yang baru dari makalah ini.
Jakarta, 17 November 2014
Penulis,
Pitry Prasetya Mulya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Dengan
adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahnya sistem
mata pencaharian hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda
dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupan. Manusia dapat
memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan dan pengembangan akal
budi telah terungkap paad perkembangan kebudayaan, baik kebudayaan yang
bersifat rohaniah, maupun kebudayaan kebendaan.
Akibat
dari kebudayaan ini telah mengubah cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pokok bahasan ini akan ditelaah
mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya
pranata-pranata akibat perkembangan kebudayaan.
B. Tujuan
Ilmu Sosial Dasar memiliki tujuan pembinaan mahasiswa agar
memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah
sosial yang ada di dalam masyarakat. Memahami jalan pikiran para ahli dari
bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Peka
terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk turut serta dalam usaha-usaha
penanggulangannya. Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji dan menyadari setiap masalah
sosial dan gejala sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks
dan hanya bisa memahaminya secara kritis. Dan yang paling penting adalah
membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar
memperoleh wawasan yg lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari
sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia
dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku
manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik.
C. Manfaat
Ilmu sosial dasar adalah mata kuliah softskill yang
merupakan mata kuliah wajib diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Mata kuliah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dan mahasiswi,
berbeda dengan mata kuliah bantu adalah yang bertujuan untuk menopang keahlian
dalam disiplin ilmunya. Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang dapat
diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang
gejala-gejala sosial agar daya tanggap mahasiswa dalam menghadapi lingkungan
sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan
sosialnya menjadi lebih besar.
Ilmu
Sosial Dasar bukan mata kuliah utama tetapi sifatnya wajib. Karena mata kuliah
ini ditujukan agar kita dapat aktif ditengah-tengah lingkungan kita saat ini
maupun di masa yang akan datang nanti. Mata kuliah ini bukanlah suatu disiplin
ilmu tetapi lebih merupakan kajian yang sifatnya multi interdisipliner (membuat
seseorang atau beberapa mahasiswa yang disiplin dan dapat berpikir dewasa).
Dengan
memiliki dan menerapkan sikap tersebut dapat memudahkan mahasiswa dalam
menghadapi kehidupan di luar dan di dalam kampus, mengajarkan bagaimana cara
untuk menjaga hubungan sosial agar tetap harmonis dan baik, dan penerapan ilmu
sosial dasar juga dapat bermanfaat untuk di dunia kerja nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan Penduduk
1.
Perkembangan Penduduk Dunia dengan Menggunakan Tabel
Tahun
|
Jumlah
Penduduk
|
Perkembangan
per-tahun
|
1830
|
1 milyar
|
-
|
1930
|
2 milyar
|
1%
|
1960
|
3 milyar
|
1,7%
|
1975
|
4 milyar
|
2,2%
|
1987
|
5 milyar
|
2%
|
1996
|
6 milyar
|
2%
|
2006
|
7 milyar
|
2%
|
Dilihat
dari tabel di atas pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup pesat.
2.
Penggandaan Penduduk Dunia dengan Menggunakan Tabel
Tahun
Penggandaan
|
Perkiraan
Penduduk
|
Waktu
|
800 SM
|
5 juta
|
-
|
1650 SM
|
500 juta
|
1500
|
1830 SM
|
1 milyar
|
180
|
1930 SM
|
2 milyar
|
100
|
1975 SM
|
4 milyar
|
45
|
1986 SM
|
5 milyar
|
22
|
Dilihat dari tabel di atas
penggandaan penduduk terjadi secara cepat dalam kurun waktu yang cukup singkat.
3.
Faktor-Faktor Demografi yang Mempengaruhi
Pertambahan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di dunia makin cepat, mendorong
pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sebagainya. Dengan demikian, maka bertambahlah sistem mata
pencaharian hidup menjadi lebih kompleks. Secara umum ada tiga faktor utama
demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, di antaranya sebagai berikut:
a. Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran
adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan
hidup atau dalam pengertian lain fertilitas adalah hasil produksi yang nyata
dari fekunditas seorang wanita. Berikut ini penjelasan mengenai pengukuran
fertilitas:
1)
Pengukuran
fertilitas tahunan adalah pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu
dihubungkan dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Adapun ukuran-ukuran
fertilitas tahunan adalah:
a)
Tingkat
fertilitas kasar (crude birth rate) adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu tiap 1.000 penduduk.
b)
Tingkat
fertilitas umum (general fertility rate) adalah jumlah kelahiran hidup per 1000
wanita usia reproduksi (usia 14-49 atau 14-44 tahun) pada tahun tertentu.
c)
Tingkat
fertilitas menurut umur (age specific fertility rate) adalah perhitungan
tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun tertentu.
d)
Tingkat
ferlititas menurut ukuran urutan penduduk (birth order specific fertility
rates) adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi oleh wanita
pada umur dan tahun tertentu.
2)
Pengukuran
fertilitas kumulatif adalah pengukuran jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang perempuan hingga mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukurannya
adalah:
a)
Tingkat
fertilitas total adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan jumlah
tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan
tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode
waktu tertentu.
b)
Gross
reproduction rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000
perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa produksinya.
b. Kematian (Mortalitas)
Kematian
adalah ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu
populasi. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per
1.000 individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
c. Perpindahan (Migrasi)
Migrasi
adalah peristiwa berpindahnya suatu penduduk dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Dalam banyak kasus penduduk bermigrasi untuk mencari sumber cadangan
makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena
datangnya musim dingin, mencari lapangan pekerjaan yang baru, dan juga mencari
hunian baru karena lingkungan sebelumnya telah over population.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertalitas
penduduk:
1)
Faktor
demografi, antara lain adalah:
a)
Struktur
umur.
b)
Struktur
perkawinan.
c)
Umur
kawin pertama.
d)
Paritas.
e)
Disrupsi
perkawinan.
f)
Proporsi
perkawinan.
2)
Faktor non demografi,
antara lain adalah:
a)
Keadaan
ekonomi penduduk.
b)
Perbaikan
status perempuan.
c)
Tingkat
pendidikan.
d)
Urbanisasi
dan industrialisasi.
4.
Rumus Tingkat Kematian Kasar
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu (Data Statistik
Indonesia-Angka Kematian Kasar-Rumus), disuatu wilayah tertentu. Ada pun
rumusnya sebagai berikut:
Rumus:
CDR = D/P x K
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
Umumnya data tersedia adalah ”jumlah penduduk pada satu
tahun tertentu” maka jumlah dapat sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk
dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data tersebut dapat
dianggap sebagai penduduk tengah tahun.
5.
Rumus Tingkat Kematian Khusus
Angka kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR) yaitu
angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan
umur tertentu dalam waktu satu tahun. Rumusnya adalah jumlah kematian pada umur
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk umur tertentu pada pertengahan tahun dan
dikalikan dengan konstanta yang biasanya bernilai 1.000. Ada pun rumusnya
sebagai berikut:
Rumus:
ASDRx = Dx/Px x 1.000
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
6.
Angka Kelahiran
Dalam demografi, istilah tingkat
kelahiran atau (Crude Birth Rate /CBR) dari suatu populasi
adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara matematika, angka
ini bisa dihitung dengan rumus CBR = b/p(1000)); di mana n adalah jumlah
kelahiran pada tahun tersebut dan p adalah jumlah populasi saat
penghitungan. Hasil penghitungan ini digabungkan dengan tingkat
kematian untuk menghasilkan angka tingkat pertumbuhan penduduk alami
(alami maksudnya tidak melibatkan angka perpindahan penduduk (migrasi).
Indikator
lain untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat
kehamilan total - rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita
dalam hidupnya. Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang
lebih baik untuk tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh
distribusi usia dari populasi. Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di
negara yang ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.
Rumus:
CBR = B/P x 1.000
CBR : Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar).
B
: Jumlah Kelahiran (Birth).
P
: Jumlah Penduduk (Population).
1.000
: Konstanta(k).
a. Metode lain untuk menghitung tingkat
kelahiran:
1)
General
fertility rate (GFR) – mengukur angka kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia
15-45 tahun.
2)
Standardised
birth rate (SBR) – membandingkan struktur usia-jenis kelamin.
3)
Total
fertility rate (TFR) – jumlah rata-rata anak yang diperkirakan akan
dilahirkan seorang wanita sepanjang usia produktifnya untuk melahirkan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kelahiran:
1)
Kebijakan pro-natalis dan anti-natalis dari
pemerintah.
2)
Tingkat aborsi.
3)
Struktur
usia-jenis kelamin yang ada.
4)
Kepercayaan
sosial dan religius terutama berhubungan dengan kontrasepsi.
5)
Tingkat
buta aksara pada wanita.
6)
Kemakmuran
secara ekonomi (walaupun pada teorinya ketika sebuah keluarga memiliki ekonomi
yang baik, mereka mampu untuk membiayai lebih banyak anak, dalam praktiknya kemakmuran
ekonomi dapat menurunkan tingkat kelahiran).
7)
Tingkat
kemiskinan – anak-anak dapat dijadikan sumber ekonomi pada negara berkembang
karena mereka bisa menghasilkan uang (tenaga kerja anak).
8)
Angka
kematian bayi – sebuah keluarga dapat mempunyai lebih banyak anak jika angka
kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) tinggi.
9)
Urbanisasi.
10)
Homoseksualitas
– pria dan wanita homoseksual hampir seluruhnya tidak menjadi ayah dan ibu,
mengurangi angka kelahiran tiap tahunnya.
11)
Usia
pernikahan.
12)
Tersedianya
pensiun.
13)
Konflik.
7.
Pengertian Migrasi
Migrasi Penduduk / migrasi manusia adalah perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, berjarak jauh dan terbentuk dalam
kelompok yang besar yang tujuannya adalah menetap di suatu daerah. Migrasi
melintasi perbatasan wilayah, provinsi, negara, atau internasional. Secara
historis gerakan ini nomaden, sering menyebabkan konflik yang signifikan dengan
penduduk pribumi dan perpindahan mereka atau asimilasi budaya. Hanya beberapa
orang nomaden telah mempertahankan bentuk gaya hidup di zaman modern. Migrasi
terus dalam bentuk kedua migrasi sukarela dalam satu kawasan, negara, atau di
luar dan migrasi spontan (yang meliputi perdagangan budak, perdagangan manusia
dan pembersihan etnis). Orang-orang yang bermigrasi ke wilayah yang disebut
imigran, sementara pada titik keberangkatan mereka disebut emigran. Populasi
kecil bermigrasi untuk mengembangkan suatu wilayah dianggap batal penyelesaian
tergantung pada latar belakang sejarah, kondisi dan perspektif disebut sebagai
pemukim atau koloni, sementara populasi pengungsi oleh imigrasi dan kolonisasi
disebut pengungsi.
Migrasi
disebut juga dengan mobilitas penduduk yang definisi nya sama yaitu perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk terbagi dua yaitu
bersifat nonpermanen atau sementara misalnya turis baik nasional maupun manca
negara, dan ada pula mobilitas penduduk yang bersifat permanen atau menetap di
suatu daerah. Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi.
8.
Macam-Macam Migrasi
a. Migrasi Intenasional
Migrasi
internasional terjadi jika perpindahan penduduk dilakukan melewati batas
negara. Dengan demikian perpindahan yang terjadi adalah perpindahan antanegara.
Adapun contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
1)
Emigrasi
Emigrasi
adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
emigran.
2)
Imigrasi
Imigrasi
adalah masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
imigran.
3)
Remigasi
Remigrasi
adalah perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke negara asalnya.
b. Migrasi Nasional
Migrasi
nasional merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, tetapi masih dalam kesatuan negara. Dengan kata lain,
migrasi nasional merupakan perpindahan penduduk antardaerah dalam negeri.
Adapun contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
1)
Urbanisasi
Urbanisasi
adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan ini biasanya terjadi
karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya dorong (push
factos) dari pedesaan.
c. Transmigrasi
Transmigrasi
adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang
jarang penduduknya. Pelakunya disebut transmigran. Jenis-jenis tansmigrasi
adalah sebagai berikut:
1)
Transmigrasi
Umum.
Transmigrasi
umum adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah.
2)
Transmigrasi
Spontan / Swadaya.
Transmigrasi
spontan/swadaya adalah transmigrasi atas usaha dan keinginan masyarakat
sendiri.
3)
Transmigrasi
Sektoral
Transmigrasi
sektoral adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah daerah asal dan
daerah tujuan sebesar 50%.
d. Ruralisasi
Ruralisasi
adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.
e. Evakuasi
Evakuasi
adalah perpindahan penduduk dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.
Perpindahan ini biasanya terjadi karena adanya bencana alam sekitar.
9.
Proses Migrasi
a. Proses migrasi penduduk dari daerah
asal ke daerah tujuan
1)
Dalam
memilih daerah tujuan para migran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan
daerah asal.
2)
Kurangnya
kesempatan kerja di daerah asal dan adanya kesempatan kerja di daerah tujuan
merupakan salah satu alasan seseorang melaksanakan mobilitas penduduk.
3)
Informasi
yang positif dari sanak saudara dan kerabat tentang daerah tujuan, merupakan
sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk
berimigrasi.
4)
Informasi
yang negatif yang datang dari daerah tujuan menyebabkan orang enggan untuk
berimigrasi.
5)
Makin
besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi
mobilitas seseorang itu.
6)
Makin
tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi frekuensi seseorang itu.
7)
Seseorang
akan memilih daerah tujuan dimana terdapat sanak saudara atau kenalan yang
berada pada daerah tersebut.
8)
Migrasi
masih akan terjadi apabila di suatu daerah ada bencana alam (banjir, gempa,
tanah longsor, dan sebagainya).
9)
Orang
yang berumur muda dan belum berumah tangga lebih banyak mengadakan mobilitas
daripada orang yang sudah berusia lanjut dan berstatus menikah.
10)
Makin
tinggi pendidikan seseorang, makin banyak melaksanakan mobilitas penduduk.
b. Migran di daerah tujuan:
1)
Pada
permulaan datang di daerah tujuan, migran lebih memilih bertempat tinggal di
dekat sanak saudara atau teman yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
2)
Kepuasan
migran hidup di masyarakat tertentu tergantung pada hubungan baik migran dengan
masyarakat.
3)
Kepuasan
migran hidup di kota tergantung pada kemungkinan migran mendapatkan pekerjaan dan
pendidikan bagi anak-anaknya.
4)
Setelah
beberapa lama bertempat tinggal di daerah tujuan, seorang migran lebih
cenderung memilih tempat tinggal di dekat daerah dimana ia bekerja.
5)
Keinginan
untuk kembali ke daerah asal tergantung kepada besar kecilnya kepuasan yang
didapat di kota.
6)
Migran
di kota merupakan penolong utama bagi migran baru dalam mencari pekerjaan dan
pemodokan di kota.
10.
Akibat Migrasi
Migrasi penduduk akan memiliki akibat atau dampak positif
dan negatif baik terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.
a. Dampak postif migrasi terhadap
daerah asal, antara lain:
1)
Mengurangi
masalah pengangguran di daerah asal.
2)
Meningkatkan
kualitas penduduk melalui pendidikan daerah tujuan.
3)
Mengurangi
kepadatan penduduk bagi daerah yang penduduknya padat.
4)
Memotivasi
pembangunan daerah asal karena penduduk telah melihat kemajuan daerah lain.
b. Dampak negatif migrasi terhadap
daerah asal, antara lain:
1)
Mengurangi
tenaga kerja di daeah asal, terutama di daerah pertanian.
2)
Mengurangi
tenaga yang potensial untuk membangun daerahnya.
3)
Perilaku
yang tidak sesuai dengan norma daerah asal sering ditularkan dari daeah tujuan.
c. Dampak positif migrasi terhadap
daerah tujuan, antara lain:
1)
Mengatasi
masalah kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan.
2)
Merangsang
pengembangan daerah bagi daerah yang jarang penduduknya.
3)
Daerah
tujuan memperoleh keuntungan budaya dengan ditemukannya teknologi baru oleh
para pendatang.
d. Dampak negatif migrasi terhadap
daerah tujuan, antara lain:
1)
Timbulnya
masalah pengangguran karena terlalu banyaknya pendatang.
2)
Banyaknya
pendatang menimbulkan masalah tata kota.
3)
Menimbulkan
permasalahan pemukiman kumuh.
4)
Meningkatnya
polusi.
5)
Meningkatnya
kriminalitas.
11.
Jenis Struktur Penduduk
Ada tiga jenis struktur penduduk :
a.
Piramida
Penduduk Muda
Piramida
ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya
kita lihat pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya: India, Brazil
dan Indonesia.
b.
Piramida
Stationer
Bentuk
piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk
yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia,
Belanda dan Skandinavia.
c.
Piramida
Penduduk Tua
Bentuk
piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang
sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis
kelamin pria besar, maka suatu Negara dapat kekurangan penduduk. Negara yang
bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia dan
Perancis.
12.
Bentuk Piramida Penduduk Stasioner, Muda, dan Tua
13.
Pengertian Rasio Ketergantungan
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah
perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah
penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan
Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
a.
Rasio
Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun
dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
b.
Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke
atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency
ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Semakin
tinggi usia muda dan usia tua, maka semakin besar rasio ketergantungannya.
Maksudnya adalah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa membutuhkan beban
yang sangat tinggi sesuai permintaan. Ukuran rasio ketergantungan adalah
sebagai berikut:
a.
DR
< 62,33% adalah baik.
b.
DR
> 62,33% adalah buruk.
Penggolongan
umur produktif sangat berpengaruh pada lapangan pekerjaan untuk dapat menghasilkan
produktivitas.
Penggolongan
menurut DW. Sleumar:
a.
0-14
golongan belum produktif.
b.
15-19
golongan kurang produktif penuh.
c.
20-54
golongan produktif.
d.
55-64
golongan tidak produktif penuh.
e.
>65
golongan inproduktif.
Penggolongan
menurut Sumbar:
a.
0-15
golongan belum produktif.
b.
15-65
golongan produktif penuh.
c.
>65
golongan produktif berkurang.
Penggolongan menurut Widjojo, Pullerd, dan John Clark:
a.
0-14
golongan belum produktif.
b.
15-64
golongan produktif.
c.
>65
golongan tidak produktif.
B.
Kebudayaan dan Kepribadian
1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Kebudayaan suatu bangsa adalah cermin dari kepribadian
bangsa yang bersangkutan. Setiap masyarakat mempunyai sistem nilai dan kaidah
sebagai konkretisasi. Nilai dan kaidah berisikan harapan-harapan masyarakat
perihal perilaku yang pantas dari perilaku seseorang. Batas-batas tersebut
menjadi suatu aturan dalam pergaulan hidup.
Kepribadian
bangsa Indonesia yang ramah, tamah, suka menolong, memiliki sifat
gotong-royong, artinya ciri umum dari sekian banyak kepribadian suku-suku
bangsa yang berada di Indonesia dan terpatri menjadi ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia itu sendiri.
2.
Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
a. Zaman Batu sampai Zaman Logam
Berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa zaman batu terdapat
menjadi Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) dan Zaman Batu Muda
(Neolithikum), perbedaan antara keduanya adalah pada zaman batu muda kehidupan
sudah menetap dan adanya revolusi alat-alat keperluan penunjang kehidupan
karena mereka telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam
dari bijih besi dan menuangkan ke dalam cetakan dan mendinginkannya. Kepandaian
yang dimiliki pada zaman batu muda itulah yang menjadi awal mulanya zaman
logam, yang jelas pada kenyataannya bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah
mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya.
b. Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada abad
ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, perpaduan dan akulturasi antara
kebudayaan setempat berlangsung luwes dan mantap. Dan sekitar abad ke-5,
agama/ajaran Budha masuk ke Indonesia. Ajaran Budha dikatakan berpandangan
lebih maju, karena tidak menghendaki adanya kasta-kasta di masyarakat. Namun
walau demikian, kedua agama itu tumbuh dan berkembang berdampingan secara
damai.
c. Kebudayaan Islam
Pada abad
ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para
pemuka-pemuka Islam yang disebut Wali Songo. Masuknya Islam ke Indonesia,
teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai, hal ini disebabkan
tidak adanya paksaan dan adanya sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat
penganut dari sebagian besar penduduk Indonesia.
3.
Kebudayaan Barat
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain
dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat, yang
berawal ketika kaum kolonialis/penjajah masuk ke Indonesia, terutama Belanda.
Mulai dari kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan
pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota provinsi, kabupaten muncul
bangunan-bangunan bergaya arsitektur “Barat”. Dalam kurun waktu itu juga,
muncul dua lapisan sosial, yaitu:
a.
Lapisan
sosial yang terdiri dari kaum buruh
b.
Lapisan
sosial dari kaum pegawai
Dalam
lapisan sosial yang kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan
kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas
sosial. Dan masih juga sebagai pengaruh kebudayaan Eropa ke Indonesia adalah
masuknya agama Katolik dan Kristen Protestan, yang biasanya disiarkan dengan
sengaja oleh organisasi-organisasi agama (Missie untuk Katolik dan Zending
untuk Kristen).Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, bahwa
dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, tidaklah mengabaikan
kebudayaan yang telah dimiliki sebelumnya, tetapi disesuaikanlah kebudayaan
baru itu dengan yang lama.
Sehubungan
dengan itulah, penjelasan Undang Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang
kebudayaan bangsa Indonesia adalah: “kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke
arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab, budaya,
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa Indonesia, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah kependudukan adalah masalah yang paling penting
dalam pembangunan suatu negara karena ledakan penduduk dapat menghambat
pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan. Dengan pesebaran penduduk yang
lebih merata sangat diharapkan untuk membantu mengurangi berbagai beban sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan akibat tekanan kepadatan penduduk yang
semakin meningkat. Di samping itu pemerataan penduduk juga dimaksudkan untuk
membuka dan mengembangkan lahan atau wilayah baru guna memperluas lapangan
pekerjaan dan memanfaatkan sumber daya alam sehingga lebih bermanfaat. Jumlah
penduduk yang lebih sedikit akan memudahkan pemerintah untuk meningkatkan
derajat hidup, kesehatan, kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia maupun
dunia. Dengan demikian hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, baik di wilayah yang berkepadatan tinggi maupun di wilayah baru.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA